Kamis, 07 Januari 2016

BARACAS

BARACAS - Hallo sahabat Pidi Baiq Blog, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul BARACAS, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : BARACAS
link : BARACAS

Baca juga


BARACAS



1
Ajo adalah anak Bu Asih. Adiknya bernama Rini. Mereka tinggal di Bandung, di daerah jalan Cilaki.

Ajo itu laki-laki, masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Bandung. Dia ngambil jurusan Ilmu Komunikasi. Sedangkan Rini adalah perempuan, dia masih SMA kelas dua.

Suami Bi Asih sudah lama tiada, meninggal dunia karena sakit. Ibu Asih mengandalkan usahanya di bidang garmen untuk biaya hidup keluarganya.

2
Hari itu, bada maghrib, hujan turun sangat lebat, sesekali terdengar suara petir. Ada suara televisi yang bunyi bersamaan dengan suara hujan di atas genting.

Ibu Asih duduk di bangku dengan masih mengenakan mukenanya. Dia sedang serius, bicara ke Ajo untuk melarang Ajo pergi.

Ajo dilarang pergi bukan disebabkan oleh karena di luar sedang hujan, melainkan karena Bu Asih tidak setuju kalau Ajo pergi karena ingin bergabung jadi anggota BARACAS, yang bermarkas di daerah Dago Utara itu.

"Denger Mama, Jo…..”, kata Bu Asih dengan nada suaranya yang nyaris putus asa.
Ajo berdiri, Bi Asih ikut berdiri, lalu memegang tangan Ajo untuk mencegah Ajo jangan pergi.
“Ajo pengen nyepi dulu…”, kata Ajo. Suaranya mengandung rasa kesal, entah pada siapa.
“Jangan, Jooo!!!”, kata bu Asih dengan agak teriak. Dia tarik tangan Ajo. Ibu Asih benar-benar tidak ingin Ajo pergi.

Bersamaan dengan itu, Rini keluar dari kamarnya. Sebetulnya Rini sudah tahu dari awal mengenai persoalan yang sedang dihadapi oleh kakaknya, sehingga Rini juga tahu masalah apa yang sedang dipersoalkan oleh Ibu dan kakaknya saat itu.

Tapi Rini bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan, selain masuk kamar dan telungkup di atas kasurnya selepas shalat maghrib. Rini juga tak ingin kakaknya pergi bergabung dengan BARACAS.

Saat dia keluar lagi dari kamarnya, dia hanya bisa nyandar di tembok yang dekat pintu kamarnya. Di pipinya adalah air mata.

Di luar, terdengar suara petir.

“Biar Mama yang ngomong ke Winny..!”, kata bu Asih. “Obrolin dulu sama Winni. Biar Winny jelasin masalahnya”
“Mama, jangan sebut nama dia!”, Ajo teriak.  “Males dengernya! Cewek tai lah!”
“Tapi jangan ke Baracas, Jo!”, kata Bu Asih setelah diam sebelumnya. Nampaknya bu Asih sangat bimbang.
“Aa, jangan, A”, Rini teriak, berharap bisa mencegah Ajo pergi. Dia membawa handphone dan kemudian mulai menghubungi seseorang.
Ajo melepas tangan Ibunya yang sedari tadi memegang tangan Ajo.
“Gak apa-apa, Ma”
“Jangan ke BARACAS, Jo”, kata Bu Asih, suaranya mulai kedenger seperti orang yang sedang nahan untuk jangan sampai nangis.
“Tenang, Ma. Gak apa-apa. Di sana juga banyak orang”, kata Ajo. Ia pandang ibunya. “Ajo akan baik-baik aja”

3
Ketika Ajo pergi, bu Asih langsung duduk dengan keadaan dirinya yang lunglai. Dia benar-benar merasa tak berdaya, hanya bisa memandang Ajo mulai membuka pintu rumah.

Seseorang yang dihubungi via handphone oleh Rini itu ternyata adalah Winny, pacar Ajo.
“Teteh,...Aa.....”, Ucap Rini ke Winny dengan suaranya yang lirih sambil ia dudukkan dirinya di ubin.
Entah apa yang dikatakan oleh Winny ke Rini, cuma Rini yang tahu.

Ajo keluar dari rumah, tak lama kemudian terdengar suara motor. Itu adalah motor Ajo yang siap membawa Ajo pergi kemana Ajo ingin.

“Joooo!!!!”, bu Asih teriak sambil bangkit dari duduknya berusaha mengejar Ajo, tapi yang nyata kemudian bu Asih malah terkulai di ubin. Dia pingsan.
“Teteeeeeehhh!!!” , Rini teriak ke Winny, lalu dia berdiri, bergegas hendak membantu ibunya. “Mamahhh..!!!!”

Oh, Ajo sudah pergi.

4
Dengan susah payah, Rini memindahkan ibunya ke kursi, bersamaan dengan aliran listrik seluruh Bandung mendadak padam!

Di dalam rumah bu Asih jadi gelap dan hujan masih turun.
“Mamaaaaahh…”, Rini menjerit. Dia menangis.

5
Rini merasa takut oleh banyak hal yang tidak jelas tetapi itu kuat, yang ia tahu hanya dirinya yang sedang merasa tak berdaya.

Hanya ini yang dia pikirkan: Mama pingsan. Listrik padam dan Ajo bergabung dengan BARACAS!!

6
Kasihan Rini! Kasihan Bu Asih!


(BERSAMBUNG)



Demikianlah Artikel BARACAS

Sekianlah artikel BARACAS kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel BARACAS dengan alamat link http://pidibaiqblog.blogspot.com/2016/01/baracas.html
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : BARACAS

0 komentar:

Posting Komentar