Rabu, 15 Juli 2015

BERTEMU MILEA

BERTEMU MILEA - Hallo sahabat Pidi Baiq Blog, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul BERTEMU MILEA, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : BERTEMU MILEA
link : BERTEMU MILEA

Baca juga


BERTEMU MILEA

Beberapa hari lalu, di sebuah café di daerah jalan Riau, Bandung, malam itu aku bertemu dengan Milea Adnan Hussain, yang datang bersama tiga kawan kantornya. Mereka adalah Mbak Astri, Mas Bambang dan Kak Meggy. Aku belum pernah mengenal teman-temannya Milea sebelum hari itu.

Pertemuan yang bagus. Setelah selesai pesan makanan, kutanya Milea, “Bolehkah aku aplod foto pertemuan ini?”
“No. Please!”, katanya, sambil mengunyah Beef Cordon Bleu
“Oke”

Ke sana, aku membawa enam buah buku Dilan, sesuai yang dipesan oleh Milea sebelum aku tiba, yaitu 3 buah buku Dilan pertama dan 3 buah buku Dilan kedua. Kemudian buku-buku itu diberikan kepada tiga kawannya setelah aku disuruh memberinya tandatangan.  Kukira mereka bahagia, setidaknya itulah yang bisa kuduga.

Di sana, kami banyak makan dan juga bicara, mulai dari membahas Ridwan Kamil, Bandung sekarang, keluarga, makanan dan banyak lagi yang lainnya. Sebagian besar diisi oleh ketawa. Aku disuruh nraktir, karena katanya aku sudah banyak uang dari hasil royalty penjualan buku Dilan, seolah-olah dia lupa bahwa sebenarnya dia juga dapat bagian.

Ketika membahas buku Dilan, Milea banyak bicara. Dia cerita tentang kisah asmaranya dengan Dilan secara lebih detail lagi daripada yang bisa aku tulis di buku. Dia juga bicara tentang Yugo dengan lebih detail lagi. Dia juga bicara tentang Bunda dengan lebih detail lagi. Dia juga bicara tentang Kang Adi dengan lebih detail lagi, sama seperti ketika dia berbicara tentang Piyan, Wati dan lainnya. Seolah-olah itu adalah waktunya untuk dia bicara sepuasnya. Dan dia nampak sedih ketika harus membahas nasib Akew.

Katanya, ketika membahas buku Dilan babak kedua, dia merasa seperti banyak menangis di situ, atau setidaknya dia jadi nampak seperti itu.
“Bagian senangnya kurang banyak diceritain tuh. Kan ada masa-masa pacaran juga di situ” katanya dan dia ketawa sebelum kemudian dia minum.
“Kalau diceritakan, takut ketebelan bukunya, ya Kang?”, kata Mas Bambang seperti membelaku dan ketawa
“Kalau diceritain semua, wah pasti tebel banget ya?”, kata Milea nyaris ketawa.
Aku harusnya bilang iya, tapi hanya ketawa. Mas Bambang bertanya kepadaku tentang berapa lama buku itu ditulis, kujawab dengan bilang:
”Lama karena Lia ngasih datanya suka telat”.
Mas Bambang ketawa.
“Aduuh. Aku sibuk ngurus dunia jaman sekarang”, jawab Milea ketawa. “Oh, hampir lupa. Coba lihat halaman ini…”, katanya sambil membuka buku Dilan pertama. “Nah, di halaman 18. Di sini kan, ditulisnya: aku nempati rumah sejak tahun 1997. Bukan ’97 deh, tapi ‘99. Aku kan nikah tahun 1999”
“Oh. Tapi kan data yang aku terima tahun 1997”, kataku membela diri
“Ya, lupa. Aku lupa. Sori. Ralat deh”
“Nanti aku sampaikan ke pembaca”, kataku kepadanya. "Di buku Dilan kedua juga ada ralat. Udah aku sampaikan ke pembaca".
“Oh yang kamu bilang itu ya?"
"Iya. Gak prinsip sih, tapi penting, karena itu data peristiwa", kataku (Bagian yang diralat itu adalah di halaman 80 harusnya Rabu, bukan Selasa. Di halaman 120 harusnya 1968, bukan 1976. Di halaman 218 harusnya Disa, bukan Airin)
"Oke"
"Ada komentar lagi?", kutanya
"Harusnya kalau republsih dibikin detail lagi"
"Siap", kataku ketawa
"Oh. Itu, Beni tuh gak cuma ngomong Pelacur ke aku. Waktu itu, dia juga ngomong: Setan Perempuan”, katanya dan ketawa. “Ah, tapi sudahlah”
“Banyak Pembaca minta Dilan bicara”, kataku tiba-tiba membelokkan pokok bahasan.
“Bicara gimana?”
“Ya bicara. Menjelaskan, terutama menyangkut buku Dilan kedua. Bagaimana menurut sudut pandangnya tentang peristiwa yang dia alami terutama di bab-bab terakhir”
Milea diam, dengan sikap bagai orang berfikir. Kulihat kedua alisnya dia naikkan ke atas.
“Aku terlalu ngontrol Dilan ya di buku kedua?”, katanya dengan wajah sedikit agak murung
“Kan sebelum diterbitkan, udah konfirmasi dulu, terus kamu setuju, ya udah”, kataku.
Dia ketawa, semua juga ketawa.
“Dilan nanti mau bicara apa?”, tanya dia dengan wajah sedikit agak cemas
“Kan dia juga berhak bicara”, kataku dan kemudian minum
“Sebelum terbit, aku baca dulu dong?”. Dia memohon dengan senyum
“Oke”

BERSAMBUNG, karena ngantuk



Demikianlah Artikel BERTEMU MILEA

Sekianlah artikel BERTEMU MILEA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel BERTEMU MILEA dengan alamat link http://pidibaiqblog.blogspot.com/2015/07/bertemu-milea.html
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : BERTEMU MILEA

2 komentar:

  1. jangan lupa kunjungi blog saya juga ya di www.xxxnaalien.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Bukunya keren Bahasanya sangat mencuri perasaan sampe mewek sendiri bacanya..wkwk

    BalasHapus